27 Oktober 2008

Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Wanita Pertama di Indonesia yang Dipilih Langsung

Sempat Gundah ketika Disudutkan dengan Isu SARA - Ratu Atut Chosiyah bakal menjadi gubernur wanita pertama di Indonesia yang dipilih secara langsung. Ini jika suaranya dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Banten yang dihelat Minggu (26/11) lalu benar-benar tak terkejar oleh tiga pasangan lain. Bagaimana dia menyiapkan strategi kemenangannya?

Suara pasangan Atut-H M. Masduki hingga kemarin belum terkejar. Berdasarkan data di KPUD Banten hingga pukul 21.40 tadi malam, pasangan incumbent itu telah mengantongi 1.414.569 suara, atau sekitar 40,2 persen.


Rival terberat Atut, yakni pasangan Zulkieflimansyah-Marissa Haque, harus puas di urutan kedua dengan perolehan suara 1.155.849 atau (32,9 persen).


Kemarin sekitar pukul 13.15, Jawa Pos mendatangi rumah Atut yang megah di Jl Bayangkara, Cipocok Jaya, Serang, Banten. Rumah itu berdiri di atas lahan seluas 30 m x 100 m. Di halaman depan tumbuh berbagai tanaman hijau nan asri. Di areal parkir belakang terlihat beberapa mobil. Di antaranya Toyota Alphard, Mercedes-Benz, Nissan New Terrano, Toyota Land Cruiser, dan Kijang Innova.


Sayang, hari itu Atut bersiap-siap mendatangi sidang paripurna di DPRD Banten terkait jabatannya sebagai Plt gubernur Banten. Karena itu, dia tak bisa lama berbincang dengan Jawa Pos.


"Saya harus ke DPRD menghadiri sidang paripurna," kata wanita yang masih tampak cantik di usia 44 tahun itu. Gurat-gurat bahagia terpancar kuat di wajahnya.


Ketika ditanya seputar aksi sekelompok masyarakat yang memprotes keabsahan Pilgub Banten karena sejumlah orang tak bisa mencoblos, Atut menganggapnya sebagai hal biasa. "Itu bagian dari dinamika politik yang bisa terjadi. Itu persoalan klasik," kata putri H Tubagus Hasan Sohib, ketua Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten Indonesia itu. Atut yakin semua itu bisa dia lalui dengan baik.


Wanita yang pernah mendapat penghargaan Anugerah Citra Kartini 2003 itu mengawali jenjang politik ketika menjadi cawagub, mendampingi H Djoko Munandar maju dalam Pilgub Banten 2001. Kala itu, majunya Atut sebagai Wagub sempat ditentang sekelompok masyarakat. Mereka mempersoalkan naiknya perempuan menjadi pemimpin di daerah.


Tapi, suara yang menolak Atut ternyata jauh lebih kecil daripada yang mendukung. Pasangan Djoko Munandar-Atut akhirnya berhasil memenangi Pilgub Banten 2001. Dalam perjalanannya, Djoko dijebloskan ke tahanan karena tersangkut kasus korupsi. Akhirnya, Atutlah yang harus menggantikannya sementara sebagai Plt gubernur Banten.


Sejak itulah, energi Atut lebih terforsir untuk menjalankan roda pemerintahan sebuah provinsi yang baru berdiri, hasil pemekaran dari Provinsi Jawa Barat itu. Waktu untuk keluarga pun menjadi berkurang. Beruntung, dalam menjalankan tugasnya, Atut mendapat dukungan penuh sang suami, Hikmat Tomet dan tiga anaknya (Andika Hazrumy, Andriana Aprilia, dan Ananda Trianh Salichan). "Kuncinya adalah saling pengertian," kata wakil bendahara DPP Partai Golkar itu.


Kini Atut hampir pasti dilantik sebagai gubernur Banten. Bagaimana dia mengomentari pasangan Zulkieflimansyah-Marissa Haque yang menjadi lawan beratnya? "Saya sudah ditelepon oleh Pak Zul. Beliau memberikan ucapan selamat," kata mantan Dirut PT Sinar Ciomas Putra Utama itu. Atut mengatakan, dalam telepon Zulkiefli menyatakan siap membantu proses pembangunan Banten. "Beliau akan membantu melalui posisinya yang kini masih menjadi anggota Komisi VI DPR," ujarnya.


Atut menambahkan, sejak awal dia memang dekat dengan Zulkiefli. "Relasi saya dengan Pak Zul itu tidak hanya karena kenal setelah melalui proses Pilkada Banten ini," katanya. Tetapi, lanjutnya, dalam proses pembangunan Banten selama lima tahun, dia terus berkoordinasi intensif dengan Zulkiefli, khususnya terkait program pembangunan daerah yang membutuhkan kebijakan di tingkat parlemen.


Bagaimana Marissa? Atut mengaku, hingga saat ini memang belum pernah berkomunikasi secara langsung dengan Marissa. "Kami tidak ada masalah. Suatu saat kalau bertemu, pasti akan saya sapa duluan," tuturnya.


Ketika ditanya soal persiapannya dalam Pilgub Banten, Atut mengaku hanya perlu waktu satu tahun. Ini untuk mempersiapkan tim sukses dan strategi pemenangannya. Atut yang didukung koalisi tujuh partai (PDIP, Partai Golkar, PDS, PBB, PKPB, PBR, P. Patriot) juga memanfaatkan jasa konsultan politik dari Denny J.A., direktur eksekutif LSI (Lingkaran Survei Indonesia).

Penerima anugerah Bintang Manggala Karya Kencana itu mengaku, selama menjalani proses politik di Pilgub Banten sempat merasa gundah. Tepatnya ketika diserang dengan isu bahwa dirinya telah mendirikan gereja di setiap kecamatan di Provinsi Banten. "Black campaign kepada saya itu mengalir sangat deras sejak satu setengah tahun lalu, bahkan sebelum proses pilkada ini berlangsung," katanya.

Tekanan dari rival politik yang menyudutkan itu membuat Atut merasa perlu menginstropeksi diri. "Barangkali, saya pernah menyakiti atau juga menyalahi ketentuan," tuturnya. Namun, jika memang yakin tidak melakukan, dirinya hanya bisa bersikap pasrah menghadapi ujian tersebut.

Ada persiapan khusus menjelang pelantikannya? Atut mengatakan tidak ada. Dia juga mengaku merasa biasa-biasa saja. "Datar-datar saja seperti hari-hari biasa," kata wanita yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha sukses di Banten itu.

Atut mengatakan mencoba ikhlas menerima segala kemungkinan yang terjadi. "Lagi pula, kalau Tuhan berkehendak mengangkat derajat seseorang, tidak ada kekuatan satu pun yang mampu menghalangi," ujarnya. "Karena itu, saya merasa diberi ketenangan di tengah terpaan cacian, cercaan, dan makian," imbuhnya. (*)
Sumber: Jawa Pos, 30 November 2006