SERANG—Jenazah mantan Gubernur Banten Djoko Munandar, Sabtu (6/12) sekitar pukul sepuluh pagi, dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ciceri Indah, Serang, Banten, setelah sebelumnya disolatkan di Masjid Al-Hidayah, yang berjarak tak jauh dari rumah duka. Acara pemakaman yang dihadiri Gubernur Ratu Atut Chosiyah, Wakil Gubernur HM Masduki, Ketua MUI Banten, Ketua DPD Banten, para kepala daerah kabupaten dan kota se-Banten, para pejabat di lingkungan pemerintahan Banten, serta masyarakat ini berlangsung penuh khidmat dan keharuan.
Usai penguburan jenazah, prosesi pemakaman dilanjutkan dengan ungkapan belasungkawa dari perwakilan keluarga, kemudian pembacaan profil almarhum oleh Biro Humas dan Protokol Provinsi Banten, dilanjutkan dengan ungkapan belasungkawa dari Gubernur Ratu Atut Chosiyah. Menurutnya, sosok Djoko Munandar semasa hidupnya adalah panutan panutan baginya, terutama ketika menjabat sebagai gubernur. “Atas nama pemerintah Banten, saya memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada almarhum Djoko Munandar, karena beliau merupakan gubernur pertama Banten yang ikut berperan dan ikut andil dalam pembangunan Banten,” ujar Atut.
Sebagai ungkapan rasa duka yang mendalam, Atut juga menyatakan hari Sabtu dan Minggu ini (6-7/12) sebagai hari berkabung. “Saya imbau kepada seluruh instansi di lingkungan pemerintahan di Banten untuk mengibarkan bendera setengah tiang. Hal ini sebagai bentuk penghargaan kepada almarhum,” kata Atut. Usai menyampaikan ungkapan duka, acara pemakaman ditutup oleh doa yang dipimpin oleh Ketua MUI Banten Prof KH Wahab Afif.
Kesan Mendalam
Kepergian Djoko Munandar meninggalkan sejuta kesan bagi keluarga, sahabat maupun rekan-rekannya. Bupati Pandeglang Dimyati Natakusumah, misalnya, menilai almarhum sebagai seseorang yang murah senyum. “Yang saya tahu, Pak Djoko itu pembawaannya tenang. Saya suka dikasih nasihat tentang kepemimpinan oleh beliau. Saya juga tahu beliau orang yang sangat tekun dalam bekerja,” ungkap Dimyati usai menghadiri prosesi pemakaman.
Sedangkan Bupati Serang Taufik Nuriman berpendapat bahwa Djoko Munandar adalah salah satu tokoh Banten. “Beliau sempat berpesan untuk selalu konsisten menjaga pekerjaan yang diemban. Almarhum juga punya pesan agar kita dapat mengatur waktu dengan baik,” ujar Taufik ketika ditemui sebelum meninggalkan lokasi pemakaman.
Sementara itu, Suda Darmaji, adik kandung Alm Djoko Munandar, menyatakan bahwa almarhum merupakan anak sulung yang menjadi contoh bagi keluarga. “Almarhum itu panutan yang baik, ia juga membimbing adik-adiknya untuk sukses. Mungkin kalau tidak mendapat bimbingan dari almarhum saya juga tidak akan jadi begini,” katanya.
Sedangkan Chaeron Muchsin, mantan Sekda Banten pada masa kepemimpinan almarhum sekaligus besan, mengungkapkan sifat yang paling menonjol dari almarhum adalah suka tidak tega kepada orang lain. “Di mana saja, kalau beliau ada masalah pasti bilang tidak enak sama yang lain. Itu lah yang membuat kita terharu,” ungkap Chaeron saat ditemui Radar Banten usai prosesi pemakaman.
Chaeron menambahkan, jika keluarganya sedang mengadakan kumpul keluarga, almarhum tidak pernah membawa-bawa urusan pekerjaan ke dalam urusan keluarga. “Beliau sangat profesional. Beliau juga selalu membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Beliau tidak pernah mencampuradukan kepentingan kantor dengan keluarga. Tapi yang saya alami, waktu beliau itu lebih banyak dihabiskan untuk pekerjaan,” ujarnya tenang.
Chaeron pun menilai, Djoko adalah sosok seorang yang pantang menyerah. Ia selalu memikirkan masalah yang dihadapinya. Yang lebih membanggakan lagi, lanjut Chaeron, almarhum tidak pernah menyerah dalam menghadapi masalah. “Sebelum diselesaikan, beliau akan terus mencari solusi permasalahan yang dihadapi,” katanya(duha/isa)
sumber: Radar Banten
Usai penguburan jenazah, prosesi pemakaman dilanjutkan dengan ungkapan belasungkawa dari perwakilan keluarga, kemudian pembacaan profil almarhum oleh Biro Humas dan Protokol Provinsi Banten, dilanjutkan dengan ungkapan belasungkawa dari Gubernur Ratu Atut Chosiyah. Menurutnya, sosok Djoko Munandar semasa hidupnya adalah panutan panutan baginya, terutama ketika menjabat sebagai gubernur. “Atas nama pemerintah Banten, saya memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada almarhum Djoko Munandar, karena beliau merupakan gubernur pertama Banten yang ikut berperan dan ikut andil dalam pembangunan Banten,” ujar Atut.
Sebagai ungkapan rasa duka yang mendalam, Atut juga menyatakan hari Sabtu dan Minggu ini (6-7/12) sebagai hari berkabung. “Saya imbau kepada seluruh instansi di lingkungan pemerintahan di Banten untuk mengibarkan bendera setengah tiang. Hal ini sebagai bentuk penghargaan kepada almarhum,” kata Atut. Usai menyampaikan ungkapan duka, acara pemakaman ditutup oleh doa yang dipimpin oleh Ketua MUI Banten Prof KH Wahab Afif.
Kesan Mendalam
Kepergian Djoko Munandar meninggalkan sejuta kesan bagi keluarga, sahabat maupun rekan-rekannya. Bupati Pandeglang Dimyati Natakusumah, misalnya, menilai almarhum sebagai seseorang yang murah senyum. “Yang saya tahu, Pak Djoko itu pembawaannya tenang. Saya suka dikasih nasihat tentang kepemimpinan oleh beliau. Saya juga tahu beliau orang yang sangat tekun dalam bekerja,” ungkap Dimyati usai menghadiri prosesi pemakaman.
Sedangkan Bupati Serang Taufik Nuriman berpendapat bahwa Djoko Munandar adalah salah satu tokoh Banten. “Beliau sempat berpesan untuk selalu konsisten menjaga pekerjaan yang diemban. Almarhum juga punya pesan agar kita dapat mengatur waktu dengan baik,” ujar Taufik ketika ditemui sebelum meninggalkan lokasi pemakaman.
Sementara itu, Suda Darmaji, adik kandung Alm Djoko Munandar, menyatakan bahwa almarhum merupakan anak sulung yang menjadi contoh bagi keluarga. “Almarhum itu panutan yang baik, ia juga membimbing adik-adiknya untuk sukses. Mungkin kalau tidak mendapat bimbingan dari almarhum saya juga tidak akan jadi begini,” katanya.
Sedangkan Chaeron Muchsin, mantan Sekda Banten pada masa kepemimpinan almarhum sekaligus besan, mengungkapkan sifat yang paling menonjol dari almarhum adalah suka tidak tega kepada orang lain. “Di mana saja, kalau beliau ada masalah pasti bilang tidak enak sama yang lain. Itu lah yang membuat kita terharu,” ungkap Chaeron saat ditemui Radar Banten usai prosesi pemakaman.
Chaeron menambahkan, jika keluarganya sedang mengadakan kumpul keluarga, almarhum tidak pernah membawa-bawa urusan pekerjaan ke dalam urusan keluarga. “Beliau sangat profesional. Beliau juga selalu membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Beliau tidak pernah mencampuradukan kepentingan kantor dengan keluarga. Tapi yang saya alami, waktu beliau itu lebih banyak dihabiskan untuk pekerjaan,” ujarnya tenang.
Chaeron pun menilai, Djoko adalah sosok seorang yang pantang menyerah. Ia selalu memikirkan masalah yang dihadapinya. Yang lebih membanggakan lagi, lanjut Chaeron, almarhum tidak pernah menyerah dalam menghadapi masalah. “Sebelum diselesaikan, beliau akan terus mencari solusi permasalahan yang dihadapi,” katanya(duha/isa)
sumber: Radar Banten